BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
MINERAL
Mineral
terbentuk di alam secara alami dari hasil kristalisasi magma pijar yang
membeku. Pengenalan mineral atau determinasi mineral dapat didasarkan atas
berbagai sifat mineral tersebut. Antara lain sifat fisika dan bentuk kristal
mineral tersebut secara optik.
Sifat-
Sifat Fisik Mineral
Beberapa sifat
fisika yang penting adalah sifat-sifat fisik mineral tersebut meliputi : warna
(colour), kilap (luster), belahan (cleavage), pecahan (fracture), kekerasan
(hardness), cerat/goresan (streak), Diaphaneti dan berat jenis.
a.
Warna
(colour)
Banyak
mineral mempunyai warna yang khusus, seperti klorit yang berwarna hijau. Warna adalah kesan mineral jika terkena
cahaya. Warna mineral dapat dibedakan 2 yaitu idiokromatik, bila warna mineral
selalu tetap, umumnya dijumpai pada mineral-mineral yang tidak tembus cahaya
(opaque) seperti : galena, magnetit, pirit dan alokromatik. Bila warna mineral
tidak tetap, tergantung dari mineral pengotornya. Umumnya terdapat pada
mineral-mineral yang tembus cahaya (transparan)
seperti kuarsa dan kalsit.
b.
Kilap
(luster)
Kilap
adalah kesan mineral akibat pantulan cahaya yang dikenakan padanya.Kilap
mineral dapat dikelompokkan menjadi :
Kilap
logam (luster metallic) memberikan kesan seperti logam bila terkena
cahaya.Kilap ini biasanya dijumpai pada mineral-mineral yang mengandung logam
atau mineral bijih, seperti emas, galena, pirit dan kalkopirit.
Kilap setengah logam (sub metallic
luster)
Kilap bukan logam, tidak memberikan
kesan seperti logam jika terkena cahaya.
Kilap
jenis ini dapat dibedakan menjadi :
a.
Kilap kaca (vitreous luster), memberikan
kesan seperti kaca bila terkena cahaya, misalnya : kalsit, kuarsa, halit.
b.
Kilap intan (adamantine/diamond luster),
memberikan kesan cemerlang seperti intan, contohnya intan.
c.
Kilap sutera (silky luster), memberikan
kesan seperti sutera, pada umumnya terdapat pada mineral yang mempunyai
struktur serat, seperti asbes, aktinolit, gypsum.
d.
Kilap dammar (resinous luster),
memberikan kesan seperti damar , contohnya : sfalerit dan resin
e.
Kilap mutiara (perly luster), memberikan
kesan seperti mutiara atau seperti bagian dalam dari kulit kerang misalnya
talk, dolomite, muskovit dan tremolit.
f.
Kilap lemak (greasy luster), menyerupai
lemak atau sabun, contohnya : talk, serpentin.
g.
Kilap tanah (earthy luster),
kenampakannya buram seperti tanah, misalnya kaolin, limonit, bentonit.
h.
Kilap lilin (waxy luster).
c.
Belahan
(cleavage)
Yaitu kenampakan mineral berdasarkan
kemampuannya membelah melalui bidang-bidang belahan yang rata dan licin.Bidang
belahan umumnya sejajar dengan bidang tertentu dan mineral tersebut secara
teratur. Belahan pada mineral terdiri dari :
Ø Belahan 1 arah
Ø Belahan 2 arah
Ø Belahan 3 arah
Ø Belahan 4 arah
Ø Belahan 5 arah
Ø Belahan 6 arah
d.
Pecahan
(fracture)
Pecahan adalah
kemampuan mineral untuk pecah melalui bidang yang tidak rata dan tidak teratur.
Secara umum pecahan dikenal dengan 3 istilah yaitu :
1. Pecahan
Rata (Even) bila permukaannya rata dan cukup halus, contohnya : mineral
lempung.
2. Pecahan
Melengkung (Concoidal) bila memperlihatkan gelombang yang melengkung
dipermukaan.
3. Pecahan
Tidak Rata (Uneven) bila memperlihatkan permukaan yang tidak teratur dan kasar
misalnya pada garnet.
Selain itu dapat juga
dikelompokkan menjadi :
Ø
Pecahan berserat/brus, bila menunjukkan
kenampakan seperti serat,
contohnya : asbes,
augit.
Ø Pecahan
runcing, bila permukaannya tidak teratur, kasar dan ujungnya runcing- runcing,
contohnya : mineral kelompok logam murni.
Ø Tanah,
bila kenampakannya seperti tanah, contohnya mineral lempung.
e.
Kekerasan
(hardness)
Kekerasan adalah
ketahanan atau daya tahan mineral (resistensi mineral) terhadap suatu goresan
(jika permukaannya digores). Secara relative sifat fisik ini ditentukan dengan
menggunakan skal Mohs, yang dimulai dari skala 1 yang paling lunak hingga skala
10 untuk mineral yang paling keras.
Berikut adalah urutan
kekerasan mineral (Skala Mohs) :
1.
Talk.
2.
Gypsum.
3.
Kalsit.
4.
Fluorit.
5.
Apatit.
6.
Ortoklas.
7.
Kuarsa.
8.
Topas.
9.
Korondum.
10.
Intan.
Selain
itu dapat pula digunakan perbandingan kekerasan relatif, yaitu : Kuku jari
tangan = 2,5 ; kawat tembaga = 3,5 ; porselen = 5-5, 5 ; pisau lipat = 6 ;
kikir baja = 6 ; kuarsa = 7.
f.
Cerat/
Goresan (streak)
Cerat atau warna bubuk
adalah warna mineral dalam bentuk bubuk. Cerat dapat sama atau berbeda dengan
warna mineral. Umumnya warna cerat tetap.
g.
Struktur/
Bentuk mineral
Bentuk mineral dapat
dikatakan kristalin, bila mineral terseburt mempunyai bidang Kristal yang jelas
dan disebut amorf, bila tidak mempunyai batas-batas Kristal yang jelas. Mineral-mineral
di alam jarang dijumpai dalam bentuk kristalin atau amorf yang ideal, karena
kondisi pertumbuhannya yang biasanya terganggu oleh proses-proses yang lain.
Struktur mineral dapat
dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu :
1. Granular
atau butiran : terdiri atas butiran-butiran mineral yang mempunyai dimensi yang
sama, isometric.
2. Struktur
kolom, biasanya terdiri dari prisma yang panjang dan bentuknya ramping. Bila
prisma tersebut memanjang dan halus, maka dikatakan mempunyai struktur fibrus
atau berserat.
3. Struktur
lembaran atau lamellar, mempunyai kenampakan seperti lembaran. Struktur ini
dibedakan menjadi tabular, konsentris dan foliasi.
4. Struktur
imitasi, bila mineral menyerupai bentuk benda lain, seperti asikular, liformis,
membilah, dll.
h.
Berat
Jenis
Berat relative suatu
mineral diukur terhadap berat air
i.
Sifat
dalam
Yaitu merupakan reaksi mineral
terhadap gaya yang mengenainya, seperti penekanan, pemotongan, pembengkokan,
pematahan, pemukulan atau penghancuran. Sifat dalam dibagi menjadi : rapuh
(brittle), dapat diiris (sectile), dapat dipintal (ductile), dapat ditempa
(malleable), kenyal/lentur (elastic) dan fleksibel (flexible).
TABEL
KEKERASAN MINERAL (SKALA MOHS)
Kekerasan
(Hardness)
|
Nama
Mineral
|
Rumus Kimia
|
1
|
Talk
|
Mg3Si4O10(OH)2
|
2
|
Gypsum
|
CaSO4
2H2O
|
3
|
Kalsit
|
CaCO3
|
4
|
Fluorit
|
CaF2
|
5
|
Apatit
|
Ca5(PO4)3F
|
6
|
Ortoklas
|
KAlSi3O8
|
7
|
Kuarsa
|
SiO2
|
8
|
Topas
|
Al2(SiO4)(F2OH)2
|
9
|
Korondum
|
Al2O3
|
10
|
Intan
|
C
|
2.2 BATUAN BEKU
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk oleh hasil pembekuan
magma yang tersusun oleh mineral- mineral yang kompak. Adapun klasifikasi dari
batuan beku tersebut didasarkan atas sifat kimia dan komposisi mineralnya,
yaitu sebagai berikut :
Batuan
beku asam, kandungan SiO2 > 66
adalah batuan yang terbentuk dari pembekuan magma secara
ekstrusif atau hasil pembekuan di daerah permukaan dimana proses pembekuan
berada di daerah vulkanik ( dipermukaan bumi ), proses pembekuan sangat cepat
dengan temperature yang tinggi sehingga umumnya butiran pada batuan beku basa
lebih halus dan berwarna terang (felsik) dengan indeks color <20%. Batuan
beku asam memiliki kandungan silica >65%.
Salah satu contoh batuan beku asam plutonik adalah granit,
adamelite dan granodiorite. Batuan ini umumnya memiliki Indeks warna lebih
kurang 10% (batuan felsic) diwakili oleh batuan garnodiorit, adamelit, dan
granit.
Granit mempunyai kandungan feldspar alkali yang jauh
melimpah dibandingkan plagioklasnya, sebaliknya granodiorit mempunyai
plagioklas yang lebih dominan. Adamelit merupakan nama batuan felsik yang
mempunyai feldspar alkali sebanyak plagioklasnya.
Batuan
beku intermediate, kandungan SiO2 52- 66
Batuan
beku Intermediate paling banyak memperlihatkan pelapukan speroidal, karena
banyak mengandung mineral feldspar. Lebih lagi apabila batuan ini telah
mengalami pelapukan tersebut dapat menjadi mineral-mineral kaolin. Baik gejala
speroidal maupun kaolinisasi dapat ditemukan pada batuan beku intermedit yang
telah mengalami pensesaran.
Berdasarkan
perbandingan jenis felsparnya, maka batuan beku intermedit dibagi dalam 2
golongan yaitu :
a. Batuan
dengan komposisi potash feldspar dan plagioklas hampir sama : terdiri dari
granodiorit, andamelit, monzonit dan latit
b. Batuan
dengan komposisi plagioklas lebih dominan daripada potash feldspar terdiri dari
: diorite, tonalit dan andesit-dasit
Batuan
beku basa, kandungan SiO2 45-52
Batuan
beku basa memperlihatkan warna gelap hitam oleh mineral-mineral ferromagnesian
dan mineral-mineral plagioklas basa. Ukuran butir dari batuan ini adalah halus
hingga kasar. Batuan basa dalam bentuk Intrusi kebanyakan dyke, sill, apophyse
dan lelehan. Bentuk Intrusi tersebut berhubungan dengan sifat magmanya yang
memiliki kekentalan rendah (encer) sehingga dapat memasuki celah-celah sempit atau
dapat berupa lelehan yang luas dipermukaan. Pada permukaan celah sempit atau
dapat berupa lelehan yang luas dipermukaan. Pada permukaan batuan beku luar
dari batuan beku basa ini, kadang ditemukan vesiculasi-vesiculasi sebagai kesan
bahan-bahan volatile. Batuan beku basa seringpula memberikan bentuk permukaan
seperti susunan balok, yang terbentuk pada pembentukan magma yang encer.
Sedangkan magma yang kental atau asam biasanya membentuk seperti susunan tali
atau ropy.
Temperatur
pembekuan dari batuan beku basa sekitar 10000 C, dimana dapat
terjadi proses asimilasi dengan baik apabila batuan sampingnya lebih asam.
Meskipun demikian, kadang masih dapat
ditemukan xenoliths dari batuan yang sama atau yang beku basa (ultramafic).
Disekitar penyebaran batuan beku basa, ditemukan di tempat-tempat batuan
intermediate dengan penyebaran kecil sebagai akibat hasil asimilasi magama basa
dengan batuan samping yang bersifat asam atau dapat pula terbentuk melalui
proses differensiasi magma. Biasanya dapat ditemukan pada bagian tepi dan atas
tubuh intrusi batuan beku basa. Termasuk batuan beku basa adalah Gabro,
Diabase, Basal dan Trachyte.
Batuan
beku ultra basa, kandungan SiO2 < 45.
Batuan
beku ultrabasa adalah batuan yang tersusun oleh mineral-mineral ferromagnesium sehingga
kenampakannya sangat gelap atau hitam. Batuan ini mudah lapuk terhadap air
hujan seperti halnya batu gamping karena sifatnya yang tidak tahan terhadap
kondisi asam.
Kenampakannya hampir sama dengan permukaan batu gamping
dengan lubang-lubang atau torehan air hujan. Bentuk dan tipe dari batuan beku ultrabasa
belum dapat diketahui dengan jelas karena merupakan batuan dasar samudra yang
umurnya lebih tua.
Kehadiran
suatu singkapan ultrabasa didaerah kontinen sangat berkaitan erat dengan
gerak-gerak tektonik masa lampau didaerah tersebut dan biasanya batuan ini
berasosiasi dengan batuan metamorf dan batuan sedimen tua. Kehadiran ultrabasa
ini biasanya diakibatkan oleh abduksi, sehingga banyak memberikan batas
litologi zona sesar naik. Sebagai akibat aktivitas tektonik, batuan ultrabasa
banyak mengalami penghancuran atau penggerusan, kekar-kekar dan metamorfisme
dinamik yang disertai dengan proses kloritisasi, serpentinisi dan lain-lain.
Temperatur
pembekuan batuan beku ultrabasa adalah diatas 10000 C dan secara
teoritis proses asimilasi berjalan sempurna. Oleh karena kondisi pembekuan
batuan beku ultrabasa pada kedalaman dan tekanan yang besar, serta urutan
kristalisasi yang relative sama sehingga bentuk Kristal dari batuan beku ultrabasa
adalah anhedral-subhedral. Pada batuan ini tidak ditemukan mineral feldspar lagi.
Yang termasuk batuan beku ultrabasa adalah sebagai berikut :
Dunit,
yaitu batuan beku plutonik dengan komposisi 90% olivine.
Peridotit,
yaitu batuan beku plutonik dengan komposisi piroksin dan olivine (10-50%).
Piroksenit,
yaitu batuan beku plutonik dengan komposisi 90% piroksin.
Limburgit,
yaitu batuan beku ultrabasa dengan tekstur afanitik.
Dalam sub bab ini akan dibahas pula mengenai
intruisi dalam hal ini adalah hubungan struktur, ukuran dan bentuk batuan
intrusi
REACTION
BOWEN SERIES
Discontinous Temperatur Continous
Feldspar Potas
Kuarsa
INTRUISI
Bentuk struktur dari batuan beku
intrusif dapat dibedakan dalam dua kelompok, yaitu :
a.
Concordant
Plutonius
Bentuk intrusi
concordant merupakan bentuk penerobosan batuan beku dalam yang sejajar dengan
lapisan batuan sedimen atau foliasi batuan metamorf yang diintrusinya.
Bentuk-bentuk intrusi concordant tersebut
adalah :
1.
Sill
yaitu semacam intrusi tipis yang relative sejajar dengan bidang atau foliasi
batuan disekitarnya. Sill dapat tersingkap didaerah lereng yang curam ( tebing
) atau oleh erosi vertical yang kuat. Pergerakan magma pembentuk sill biasanya
melalui zona-zona lemah seperti kekar, bidang lapisan atau foliasi dan batuan
yang lemah. Keterdapatan sill biasanya berasosiasi dengan bentuk intrusi
lainnya seperti dyke, laccolith dan lain- lain.
2.
Laccolith
yaitu tubuh intrusi yang berbentuk kubuh (dome). Pada bagian bawah dari
laccolith merupakan plat datar sedangkan bagian atas cembung berbentuk kubuh.
Pembentukan laccolith berhubugan dengan perlipatan batuan sedimen. Sifat magma
pembentuk laccolith agak kental, sehingga penyebarannya tidak begitu luas
dengan proses pembekuan sehingga membentuk tekstur porfiritik.
3.
Lappolith,
yaitu intrusi berbentuk cekung atau berasosiasi dengan cekungan. Pembentukan
suatu lappolith berasosiasi dengan lipatan yang membentuk cekungan atau dalam
proses intrusi terjadi suatu perubahan tingkat lipatan menjadi lebih kuat
akibat similasi magma basa.
4.
Phacolith,
yaitu bentuk intrusi concordant yang berhubungan dengan lipatan antiklin atau “plugiming fold”.
b.
Discordant
Plutonius
Discordant
plutons merupakan bentuk penerobosan batuan beku dalam relative memotong
lapisan atau foliasi batuan. Bagian dari intrusi discordant adalah sebagai
berikut :
1.
Dykes, yaitu
bentuk intrusi tabular yang memotong lapisan atau foliasi batuan yang diterobosnya.
Pembentukan dykes biasanya dikontrol oleh struktur-struktur akibat gaya tension
seperti kekar ataupun sesar turun.
Dike dapat dikenal
apabila penyebaran type equation dimana batuan memanjang memotong kemiringan
batuan disekitarnya. Dike dalam ukuran kecil akan membentuk intrusi batuan beku
basa. Penyebaran dan arah-arah memanjang pada dike dapat membantu dalam
penentuan arah struktur.
2.
Batholith,
yaitu batuan intrusi dalam yang berukuran besar ( minimal + 40 mil
persegi ). Pada tubuh batuan batholith biasanya ditemukan roof pendant,
xenolith, inclusion, copulae, dan merupakan batuan yang kemungkinan besar
terjadi asimilasi, differensiasi dan xenolitisasi. Pembentukan batholith,
berlangsung sangat lambat sehingga tekstur batuan beku batholiths adalah sedang
sampai kasar.
3.
Stock,
adalah batuan discordant yang ukurannya lebih kecil dari batholiths. Dapat
berupa copulae, terbentuk dekat permukaan dengan tekstur batuan penyusun sedang
sampai halus.
TEKSTUR
BATUAN BEKU
Tekstur
dari batuan berhubungan dengan ukuran, bentuk dan susunan dari mineral
pembentuknya, butiran mineral dapat seragam atau tidak tergantung dari
perbandingan ukuran butir mineral dalam batuan.
Ukuran
butir mineral menurut heinrich (1956) :
Ø Berbutir
halus ( Fine graine ) < 1mm
Ø Berbutir
sedang ( Medium Graine ) 1- 10 mm
Ø Berbutir
kasar (Coarse graine ) 1-3 cm
Ø Berbutir
sangat kasar (Very coarse graine ) >3 cm
v Berdasarkan
tingkat kristalisasi mineralnya tekstur batuan beku dapat dibagi atas :
Ø Holokristialin,
apabila batuan tersebut tersusun dari butiran mineral.
Ø Hipokristalin,
apabila batuan tersebut tersusun dari butir mineral dan sebagian dari gelas
(Amorf)
Ø Holohialin,
apabila batuan tersebut tersusun dari mineral gelas (amorf) tidak tersusun
secara sempurna.
v Berdasarkan
ukuran butirnya tekstur batuan beku dapat dibagi atas :
Ø Tekstur
Fanerik (berbutir kasar) dapat dilihat dengan mata, tanpa bantuan mikroskop.
Ø Tekstur
Afanitik (berbutir halus) hanya dapat dilihat dengan bantuan mikroskop.
Ø Tekstur
Porfiritik (campuran antara mineral berbutir kasar dan berbutir halus).
STRUKTUR
BATUAN BEKU
Struktur
batuan beku merupakan kenampakan/ bentuk dari susunan batuan beku meliputi :
Struktur Massive adalah susunan
mineral-mineral yang tersusun secara kompak dalam suatu batuanm tidak
menunjukkan adanya pori-pori penajajaran mineral atau bentuk aliran.
Struktur akibat pelepasan bahan
volatile, terdiri dari :
a. Vesikulasi,
srtruktur yang memperlihatkan adanya lubang-lubang akibat pelepasan
gelembung-gelembung gas dari magma
b.
Amygdaloid, struktur vesiculasi dimana
lubang-lubang telah diisi oleh mineral
Struktur permukaan dari fase larutan,
meliputi :
a. Xenoli
yaitu struktur yang memperlihatkan adanya batuan asing dalam suatu batuan.
b. Xenorcys
yaitu kenampakan adanya mineral-mineral asing dalam suatu batuan.
c. Pillow
yaitu kenampakan speroidal tipis tak menerus atau pengumpulan dari
ellipsoidal-ellipsoidal seperti bantal
.
Struktur permukaan meliputi :
a. Corona
struktur disebut juga reaksi rim
struktnur yang terjadi karena adanya reaksi kimia pada sisi Kristal.
b. Flow
Efects meliputi, Trachytoid , fluidal, Schieren
c. Microlitic
struktur yaitu kenampakan adanya lubang-lubang menyudut/runding dalam ukuran
kecil pada batuan phaneritik.
Struktur setelah terjadi pembentukan
magma meliputi :
a. perlitik
struktur
b. spereulitic
struktur
c. Orbicular struktur
KLASIFIKASI
BATUAN BEKU
1. Klasifikasi
Berdasarkan tempat terbentuknya
a.
Batuan beku dalam (fanerik)
Batuan beku dalam terjadi dari pembekuan
magma yang berlangsung perlahan-lahan ketika masih berada jauh di dalam kulit
Bumi. Contoh
batuan beku dalam adalah granit, diotit, dan gabbro.
b.
Batuan
Beku Korok (afanitik)
Batuan
beku korok terjadi dari magma yang membeku di lorong antara dapur magma dan
permukaan Bumi. Magma yang meresap di antara lapisan-lapisan litosfer mengalami
proses pembekuan yang berlangsung lebih cepat, sehingga kristal mineral yang
terbentuk tidak semua besar. Campuran
kristal mineral yang besarnya tidak sama merupakan ciri batuan beku korok.
c.
Batuan
Beku Lelehan/ Beku Luar (porfiritik)
Batuan
beku luar terjadi dari magma yang keluar dari dapur magma membeku di permukaan
Bumi (seperti magma hasil letusan gunung berapi). Contoh batuan beku luar
adalah : basalt, diorit, andesit, obsidin, scoria,
batuan apung (pumice).
2.3 BATUAN SEDIMEN
Batuan sedimen merupakan batuan yang
paling banyak tersingkap dipermukaan. Batuan ini menyebar secara horizontal
kurang lebih 75 % menutupi permukaan bumi. Namun secara vertical penyebarannya sangat
tipis disbanding jenis batuan lainnya.
Batuan sedimen merupakan batuan yang
terbentuk melalui proses sedimentasi baik secara fisik maupun secara kimia atau
organic. Pada sebagian sedimen organic seperti pada pembentukan batu gamping dan
terumbu. Proses fiskia berlangsung selama sedimentasi meliputi perombakan,
pengendapan kompaksi dan selanjutnya diikuti oleh proses diagenesis dan
sementasi.
Batuan sedimen yang terbentuk
melalui proses sedimentasi memiliki kenampakan yang berbeda dengan batuan
lainnya. Bentuk dan teksturnya mencerminkan adanya kesan pengendapan selama
pembentukannya. Faktor yang berperan dalam pembentukan batuan sedimen adalah
aspek mekanik, kimiawi dan biologis. Dalam hal ini akan dibahas secara terpisah
dalam dua kelompok, yaitu sumber material sedimen dan lingkungan pengendapan.
Adapun sumber-sumber material sedimen adalah sebagai
berikut :
a.
Aktifitas vulkanik,
yaitu material klastik atau rombakan yang dikeluarkan oleh aktifitas vulkanisme
sebagai bahan piroklastik berupa bomb, bloc, lapili dan debu-debu vulkanik
serta material piroklastik lainnya.
b.
Pelapukan mekanik,
hasil perombakan melalui pelapukan mekanik terhadap singkapan suatu batuan akan
mengalami transportasi kemudian terakumulasi pada suatu cekungan, kemudian
terjadi kompaksi, diagenesis sementasi dan litifikasi.
c.
Larutan-larutan dalam air,
berupa garam-garam yang hancur dan lapuk baik didarat maupun pada kondisi
tertentu dapat terjadi reaksi kimia.
d. Material
organic, yaitu sisa mahkluk hidup yang mati
kemudian terendapkan dalam batuan.
TEKSTUR BATUAN SEDIMEN
v
Tekstur batuan sedimen klastik
dipengaruhi oleh :
a. Ukuran
butir
b. Bentuk
butir
c. Susunan
butir
Berikut
ini klasifikasi batuan sedimen menurut Wenwort.
SKALA
WENWORT
Diameter
|
Partikel/Fragmen
|
Material Lepas
|
Material
Tersemen
|
>256
64-256
4-64
2-4
|
Boulder/ Bongkah
Cobble
Pebbel
Granule
|
Boulder Gravel
Cobble Gravel
Pebbel Gravel
Granule Grevel
|
Konglomerat
Granule Konglomerat
|
1-2
0,5-1
0,25-0,5
0,125-0,25
0,0625-0,125
|
Btr pasir sangat kasar
Btr pasir kasar
Btr pasir sedang
Btr pasir halus
Btr pasir sangat halus
|
Pasir sangat kasar
Pasir kasar
Pasir Sedang
Pasir halus
Pasir sangat Halus
|
Batu pasir sangat kasar
Batu pasir kasar
Batu pasir sedang
Batu pasir halus
Batu pasir sangat halus
|
0,004-0,0625
<0,004
|
Partikel Lanau
Partikel Lempung
|
Lanau
Lempung
|
Batu Lanau
Batu Lempung
|
c.
Susunan Butir
Pemilahan (Sortasi)
Adalah merupakan ukuran butir, atau
keseragaman antar butir penyusun batuan sedimen.Sortasi terbagi atas:
a.
Sortasi naik, jika ukuran materialnya relative
sama(seragam)
b.
Sortasi jelek, bila ukuran butir
bervariasi dengan range(perbedaan) butir sangat besar.
Derajat Pembundaran (Roudness)
Derajat Pembundaran suatu partikel yang
kita amati adalah sudut permukaannya, yang terbagi atas :
a.
Sangat Bulat (Well Rounded)
b.
Membulat (Rounded)
c.
Agak Bulat (Subrounded)
d.
Agak Runcing (Subangular)
e.
Meruncing (Angular)
Kemas
Yaitu keterikatan partikel-partikel
penyusun batuan. Jenis kemas terdiri atas dua istilah:
a.
Kemas tertutup jika keterikatan antara partikel-partikel
kuat atau massive.
b.
Kemas terbuka jika keterikatan
partikel-partikel nudah lepas
Komposisi Mineral
Ø Butir/
Fragmen merupakan komponen-komponen besar dalam batuan, Nampak seperti fenokres
pada batua beku.
Ø Matriks,
merupakan komponen-komponen yang lebih halus dan sebagai penyusun utama batuan
sedimen (massa dasar).
Ø Semen,
merupakan hasil dari larutan kimia yang sering mengalami kristalisasi. Antara
lain : Karbonat (Kalsit), silica(Kuarsa) dan oksida besi.
v Tekstur
batuan Sedimen Non Klastik
-
Amorf ( Tidak Kristalin )
-
Kristalin
STRUKTUR
BATUAN SEDIMEN
Struktur batuan sedimen
dikelompokkan menjadi 2 yaitu struktur berlapis dan tidak berlapis. Struktur
berlapis terjadi karena perbedaan warna batuan sedimen, perbedaan ukuran butir,
perbedaan kompaksi mineral dan perbedaan sifat fisika dan kimia.
Klasifikasi struktur
sedimen berdasarkan ganesanya dibagi menjadi 2 yaitu syngenetik dan epigenetic.
-
Syngenetik yaitu struktur sedimen yang
terbentuk selama sedimentasi berlangsung, biasa disebut pula struktur primer
-
Epygenetik adalah struktur sedimen yang
terjadi setelah batuan sedimen terbentuk.
KLASIFIKASI
BATUAN SEDIMEN
a.
Sedimen yang berasal dari hasil
transportasi material padat yang berasal dari pelapukan batuan lain yang
terbentuk dari akumulasi fragmen-fragmen atau butiran-butiran mineral dari
berbagai macam type, endapan ini dikenal dengan nama detrial dan batuannya
disebut batuan sedimen detrial atau batuan sedimen klastik.
b.
Sedimen yang berasal dari material yang
larut sebagai hasil pelapukan kimia atau batuan sedimen yang terbentuk
dari proses-proses kimia, seperti
evaporasi dan laterasi. Batuan Sedimen ini biasa disebut batuan sedimen
Nonklastik.
c.
Ada juga batuan sedimen non klastik yang
terbentuk dari bagian-bagian organic baik hewan maupun tumbuhan yang dikenal
dengan sedimen organic
2.4 BATUAN METAMORF
Batuan
metamorf adalah batuan yang terbentuk atau berasal dari batuan yang telah ada
sebelumnya yang mengalami proses metamorfisme yaitu perubahan fisik dan kimia
batuan akibat pengaruh temperature dan tekanan yang tinggi.
Adapun
proses metamorfisme yang terjadi adalah metamorfime kontak, metamorfisme
dinamik dan metamorfisme regional.
1. Metamorfisme Kontak
Metamorfisme kontak
adalah suatu proses metamorfisme yang terjadi akibat penerobosan magma. Faktor
yang paling berpengaruh adalah temperature, sedangkan tekanan kurang berpengaruh.
Sifat batuan dari metamorfisme kontak menunjukkan perubahan kimia yang
menonjol, struktur berfosil, tekstur kurang teratur dan penyebarannya mengikuti
zona intrusi.
2.
Metamorfisme
Dinamik
Metamorfisme dinamik
terbentuk oleh adanya pergeseran atau dislokasi lapisan bumi. Faktor yang
paling berperan adalah perubahan tekanan. Pembentukan kekar, sesar atau lipatan
oleh gerak tektonik dapat memicu terjadinya proses metamorfisme dinamik.
3. Metamorfisme Regional
Metamorfisme regional berkembang
pada daerah yang luas dan oleh pengaruh tekanan dan temperature yang tinggi
berhubungan dengan gerakan lempeng, baik secara tektonik maupun non tektonik.
Pengaruh tekanan dan temperature yang tinggi dapat membentuk mineral-mineral
tekanan (stress minerals) seperti muskovit stourolit dan lain-lain.
Metamorfisme regional dapat dikenal berdasarkan tekanan dan temperature
pembentuknya.
TEKSTUR BATUAN METAMORF
Tekstur batuan metamorf
dibagi dalam 4 golongan yaitu :
Kristaloblastik
Adalah tekstur yang
memperlihatkan adanya perubahan bentuk/ komposisi mineral sehingga tekstur
sehingga tekstur asal tidak terlihat lagi dan dapat dibedakan :
Idioblastik
: Sebagian besar mineral penyusunnya
bersifat idiomorf.
Xenoblastik :
Sebagian mineral penyusunnya bersifat xenomorf.
Lepidoblastik : Umumnya mineral
penyusunnya berbentuk pipih.
Nematoblastik :
Mineral penyusunnya berbentuk prismatic
Granoblastik :
Mineral penyusunnya bersifat equidimensional.
Porphyroblastik :
Tekstur kristoblastik yang bersifat porfiritik.
Mosaic tekstur :
Tekstur equidimensional atau equigranular, mineral pembentuk polygonal.
Poikiloblastik :
Tekstur yang mineral penyusunnya bersifat poikilitik.
Decussate tekstur :
Tekstur kristaloblastik dari polimineral serabut dengan orientasi Kristal yang
tak teratur seperti pada anthopolit shirt.
Tekstur
Sisa
Tekstur
ini biasa juga disebut palimset tekstur , yaitu tekstur yang masih
memperlihatkan tekstur batuan asalnya.
Blastoporfiritik :
Tekstur sisa yang bersifat porfiritik
Blastoposefiritik :
Tekstur sisa yang bersifat posefiritk
Blastofitik :
Tekstur sisa yang bersifat ofitik saling memasuki.
Blastofilitik :
Tekstur sisa yang bersifat lempung
Blastosamatik :
Tekstur sisa yang bersifat pasir
Marculose
tekstur
Adalah testur pada batu sabak yang
memperlihatkan adanya bintik-bintik
Fokoidal
tekstur
Tekstur yang
memperlihatkan adanya matriks yang berbentuk lensa.
STRUKTUR
BATUAN METAMORF
Struktur batuan metamorf adalah kenampakan dari bentuk susunan
orientasi mineral-mineral berupa bidang atau garis atau bentuk orientasi
poligogranular dari mineral-mineral dalam batuan metamorf.
Struktur batuan metamorf
dibagi atas :
v Struktur
Foliasi
Suatu
kenampakan dari batuan yang pecah-pecah menurut bidang-bidang yang sejajar
dengan permukaan mineral, akibat perbedaan sifat dari mineral, akibat perbedaan
sifat dari mineral itu sendiri.
v Struktur
Unfoliasi
Struktur
yang memperlihatkan adanya mineral pipih, tetapi menunjukkan agregasi dari
mineral equidimensional atau butiran.
KLASIFIKASI BATUAN METAMORF
1.
Batuan Metamorf Foliasi
Batu sabak merupakan batuan metamorf
yang berbutir halus dan disusun terutama oleh mineral mika. Batuan ini
menunjukkan belahan batuan yang sangat bagus, karena sifat fisiknya yang dapat
membelah menjkadi batuan yang pipih, maka batu sabak sering digunakan sebagai
atap, lantai, papan tulis dan sebagainya. Batu sabak terbentuk dari serpih yang
mengalami proses metamorfisme tingkat. Kadang-kadang batuan ini juga terbentuk
dari batuan vulkanik yang berbutir
halus. Warna batu sabak bervariasi tergantung pada kandungan mineral batuan
asalnya. Batu sabak yang berwarna hitam berasal dari serpih yang banyak
mengandung material organic, sedangkan berwarna merah berasal dari batuan yang
banyak mengandung oksida besi. Batu sabak yang berwarna hijau berasal dari
serpih yang banyak mengandung klorit. Mineral yang meyerupai mika pada batu
sabak terbentuk dari mineral Fe silikat. Karena batu sabak terbentuk pada
proses metamorfisme tingkat rendah, maka bidang perlapisan batuan sabak pada
umumnya cenderung memotong perlapisan batuan asal.
2.
Batuan Metamorf Unfoliasi
Merupakan
batuan metamorfisme yang tidak memperlihatkan adanya struktur tetapi tersusun
oleh mineral-mineral bentuk prismatic, butiran yang equidimensional. Contoh
Hornfels, Granulite, Marmer, Skarn, Silicified, Kuarsiot Buchites.
3.
Batuan
Metamorf Katalastik
Batuan ini
berasal dari hasil mekanik (kinetic).
semoga bermanfaat teman2.
by Afrisal Syamsu
komen gan
BalasHapus